Free Website Hosting
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

14 December 2009

Upacara Rsi Gana


Ribuan umat hindu Jumat 11 Desember 2009 ngaturang ayah terkait upacara pamelaspasan, macaru Rsi Gana serta mendem padagingan di Meru Tumpang 11 di Pura Jati - Segara Danau Batur Kabupaten Bangli. Pamelaspasan Meru ini menyongsong Karya Agung Labuh Gentuh, Mendak Toya, Pakelem di Segara Danau Batur serta Puncak Gunung Batur (Danu Kertih) di Pura Ulun Danu Batur- Desa Adat Batur yang akan diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 2009 mendatang.

Upacara pamelaspasan di-puput Ida Pedanda Gede Putra Bajing dari Griya Telabah Denpasar serta Ida Pedanda Gede Putu Kediri dari Griya Selat Bangli.

Jero Gede Batur Alitan mengatakan, mendem padagingan serta melaspas Meru Tumpang 11 di Pura Segara Danu Batur dilakukan sebagai persiapan lanjutan menjelang karya agung labuh gentuh.

Selain melaspas Meru Tumpang 11, juga dilakukan pamelaspasan panyengker dan candi bentar pelinggih. Sebelum upacara pamelaspas digelar upacara Resi Gana dan mendem padagingan yang seluruh rangkaian kegiatannya diiukuti oleh krama baik Desa Adat Batur maupun pemedek lainnya. Sehari setelah melaspas rangkaian upacara akan dilanjutkan dengan nedunang Ida Batara.

13 December 2009

Cari uang lewat facebook

bagi anda yang sering login dan memiliki banyak teman di facebook berpeluang untuk medapatkan uang sambilan anda facebookan sama teman anda, seperti yang telah di utarakan oleh bang ir, program ini baru launching tanggal 16 November 2009 kemarin, dan belum banyak orang yang tau tentang program ini. Bagi temen2 yang belom punya facebook login disini.caranya cukup mudah yang pertaman anda lakukan adalah punya acout di facebook dan silahkan anda login ke acout facebook anda.

pilih menu application lihat gambar di bawah ini



setelah itu pilih PayPal WishList coba lihat gambar.

silahkan anda pilih atau klik have read the notice setelah itu silahkan anda buat wishlist seperti kategori gadget dan akan muncul Apple Macbook, Apple iPhone 3Gs, Lenovo Desktop, Canon Digital Camera, LCD TV dan lain-lain.

ada beberapa katagori yang di tawarkan seperti beauty, fashion, music, movies, jewellery & watches, video games, Books, home, dan travel.

keuntungan jika anda mengajak teman anda ikut dalam PayPal WishList anda akan mendapatkan $1 jika teman yang anda ajak ikut bergabung dalam program ini, lumayan bukan sambil facebookan...?

04 November 2009

Bali.Tri Hita Karana


Bali dengan masyarakat dan budaya yang unik dipastikan bukanlah satu wilayah migrasi yang baru tumbuh. Keseharian masyarakat Bali dengan budaya yang senantiasa menampilkan warna budaya lokal menunjukkan bahwa perjalanan Bali telah melewati alur sejarah yang panjang. Berbagai temuan arkeologi di berbagai wilayah Bali membuktikan perjalanan panjang Pulau Bali berbarengan dengan wilayah dan negara lain.

Sebagaimana dengan wilayah lain di Nusantara, masa-masa awal kehidupan bermasyarakat di Bali dikelompokkan sebagai jaman pra sejarah. Pada masa pra sejarah ini tidak ditemukan catatan-catatan yang menggambarkan tatanan kehidupan bermasyarakat. Yang menjadi acuan adalah temuan berbagai peralatan yang dipergunakan sebagai sarana menopang kelangsungan hidup manusia Bali ketika itu.

Dari berbagai temuan masa pra sejarah itu, jaman pra sejarah Bali - sebagaimana dengan kebanyakan wilayah lain - meliputi tiga babak tingkatan budaya. Lapis pertama adalah masa kehidupan yang bertumpu pada budaya berburu. Secara alamiah, berburu adalah cara mempertahankan kelangsungan hidup yang amat jelas dan mudah dilakukan. Dengan alat-alat sederhana dari bahan batu, yang peninggalannya ditemukan di daerah Sembiran di Bali utara dan wilayah Batur, manusia Bali diperkirakan mampu bertahan hidup. Peninggalan peralatan sejenis yang lebih baik, dengan menggunakan bahan tulang, ditemukan pula di gua Selonding di daerah Bulit, Badung Selatan. Ini menunjukkan bahwa masa berburu melewati masa cukup panjang disertai dengan peningkatan pola pikir yang makin baik.

Masih berdasar pada temuan benda-benda purbakala, tergambar bahwa Bali mulai meninggalkan masa berburu dan masuk pada masa bercocok tanam. Kendati sudah memasuki tatanan hidup yang lebih terpola pada masa bertanam, kelompok manusia Bali pada masa itu dipastikan hidup secara berpindah. Berbagai peninggalan sejenis ditemukan sebagai temuan lepas di berbagai wilayah Bali barat, Bali utara, dan Bali selatan. Tatatan hidup dengan permukiman diyakini sebagai peralihan tatanan hidup manusia Bali dari jaman pra sejarah ke jaman sejarah. Peninggalan purbakala berupa nekara perunggu dan berbagai barang dari bahan logam di daerah Pejeng Gianyar, membuktikan bahwa kala itu telah terbentuk tatanan masyarakat yang lebih terstruktur.

Berbarengan dengan peralihan jaman pra sejarah ke jaman sejarah, pengaruh Hindu dari India yang masuk ke Indonesia diperkirakan memberi dorongan kuat pada lompatan budaya di Bali. Masa peralihan ini, yang lazim disebut sebagai masa Bali Kuno antara abad 8 hingga abad 13, dengan amat jelas mengalami perubahan lagi akibat pengaruh Majapahit yang berniat menyatukan Nusantara lewat Sumpah Palapa Gajah Mada di awal abad 13. Tatanan pemerintahan dan struktur masyarakat mengalami penyesuaian mengikuti pola pemerintahan Majapahit. Benturan budaya lokal Bali Kuno dan budaya Hindu Jawa dari Majapahit dalam bentuk penolakan penduduk Bali menimbulkan berbagai perlawanan di berbagai daerah di Bali. Secara perlahan dan pasti, dengan upaya penyesuaian dan percampuran kedua belah pihak, Bali berhasil menemukan pola budaya yang sesuai dengan pola pikir masyarakat dan keadaan alam Bali.

Model penyesuaian ini kiranya yang kemudian membentuk masyarakat dan budaya Bali yang diwarisi kini menjadi unik dan khas, menyerap unsur Hindu dan Jawa Majapahit namun kental dengan warna lokal.

Pola perkembangan budaya Bali di masa-masa berikutnya, jaman penjajahan dan jaman kemerdekaan, secara alamiah mengikuti alur yang sama yaitu menerima pengaruh luar yang lebur ke dalam warna budaya lokal.

Pura Uluwatu


Pura Uluwatu atau Pura Luhur Uluwatu terletak di ujung barat daya pulau Bali.Pura ini didirikan diatas batu karang terjal,tinggi dan menjorok ke laut.Pura Uluwatu dipercaya oleh umat Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin atau disebut dengan Pura Sad Kahyangan.Pura ini juga dikenal dengan keindahan sunset-nya.Pura Uluwatu didirikan pertama kali oleh Empu Kuturan pada abad ke-11sebagai tempat untuk menurunkan ajaran Desa adat dengan segala aturan-aturannya dan selanjutnya pura ini dipakai untuk memuja oleh seorang pendeta suci bernama Dang Hyang Nirartha yang mengakhiri perjalanan sucinya di tempat ini dengan apa yang dinamakan Ngeluhur atau Moksa.Di Pura ini dipertunjukan tari Kecak pada sore hari dengan latar belakang sunset yang indah.

27 October 2009

Tegallalang




Pesona indah alam Tegallalang Gianyar.

Pantai Kuta




JIka anda pencinta liburan di pantai, tentu tak ketinggalan dengan Pulau Bali yang lebih dikenal dengan pulau dewata ini, Pulau yang menyimpan sejuta pesona karena memiliki dengan panorama alam yang sangat indah, serta budaya yang khas. Salah satunya pantai di bali yaitu pantai Kuta, Pantai ini lebih dikenal sebagai Pantai Matahari Terbenam (Sunset Beach), sehingga keindahan akan semakin terlihat pada saat matahari akan terbenam.

Pantai Kuta terletak di Kabupaten Badung, Bali. Lokasi pantai ini tidak jauh dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sehingga dari pantai ini kita bisa menyaksikan pesawat-pesawat yang akan mendarat di bandara yang lokasinya juga di pinggir pantai.Pantai Kuta sangat menarik minat wisatawan mancanegara. Hal ini terlihat dari ramainya pengunjung pantai yang didominasi oleh wisatawan asing. Duduk di tenda-tenda, berjemur di pantai, mandi dan bermain di laut, juga berselancar.

12 October 2009

Galungan Lan Kuningan


Umat Hindu dari jaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai nanti dalam menghubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widi Wasa memakai symbol-simbol. Dalam Agama Hindu simbol dikenal dengan kata niasa yaitu sebagai pengganti yang sebenarnya. Bukan agama saja yang memakai simbol, bangsa pun memakai simbol-simbol. Bentuk dan jénis simbol yang berbeda namun mempunyai fungsi yang sama.

Dalam upakara terdiri dari banyak macam material yang digunakan sebagai simbol yang penuh memiliki makna yang tinggi, dimana makna tersebut menyangkut isi alam (makrokosmos) dan isi permohonan manusia kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Untuk mencapai keseimbangan dari segala aspek kehidupan seperti Tri Hita Karana.

Masyarakat di Bali sudah tidak asing lagi dengan penjor. Masyarakat mengenal dua (2) jenis penjor, antara lain Penjor Sakral dan Penjor hiasan. Merupakan bagian dari upacara keagamaan, misalnya upacara galungan, piodalan di pura-pura. Sedangkan pepenjoran atau penjor hiasan biasanya dipergunakan saat adanya lomba desa, pesta seni dll. Pepenjoran atau penjor hiasan tidak berisi sanggah penjor, tidak adanya pala bungkah/pala gantung, porosan dll. Penjor sakral yang dipergunakan pada waktu hari raya Galungan berisi sanggah penjor, adanya pala bungkah dan pala gantung, sampiyan, lamak, jajan dll.

Definisi Penjor menurut I.B. Putu Sudarsana dimana Kata Penjor berasal dari kata “Penjor”, yang dapat diberikan arti sebagai, “Pengajum”, atau “Pengastawa”, kemudian kehilangan huruf sengau, “Ny” menjadilah kata benda sehingga menjadi kata, “Penyor” yang mengandung maksud dan pengertian, ”Sebagai Sarana Untuk Melaksanakan Pengastawa”.

Umat Hindu di Bali pada saat hari raya Galungan pada umumnya membuat penjor. Penjor Galungan ditancapkan pada Hari Selasa/Anggara wara/wuku Dungulan yang dikenal sebagai hari Penampahan Galungan yang bermakna tegaknya dharma. Penjor dipasang atau ditancapkan pada lebuh didepan sebelah kanan pintu masuk pekarangan. Bila rumah menghadap ke utara maka penjor ditancapkan pada sebelah timur pintu masuk pekarangan. Sanggah dan lengkungan ujung penjor menghadap ke tengah jalan. Bahan penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/daun enau yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor Pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), Pala Gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), Pala Wija (seperti jagung, padi dll), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. Pada ujung penjor digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Sanggah Penjor Galungan mempergunakan Sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Tujuan pemasangan penjor adalah sebagai swadharma umat Hindu untuk mewujudkan rasa bakti dan berterima kasih kehadapan Ida Sanghyang Widi Wasa. Penjor juga sebagai tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bambu tinggi melengkung adalah gambaran dari gunung yang tertinggi sebagai tempat yang suci. Hiasan yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, padi, jajan dan kain adalah merupakan wakil-wakil dari seluruh tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan yang dikarunia oleh Hyang Widhi Wasa.

Penjor Galungan adalah penjor yang bersifat relegius, yaitu mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan, dan wajib dibuat lengkap dengan perlengkapan-perlengkapannya.

Dilihat dari segi bentuk penjor merupakan lambang Pertiwi dengan segala hasilnya, yang memberikan kehidupan dan keselamatan. Pertiwi atau tanah digambarkan sebagai dua ekor naga yaitu Naga Basuki dan Ananta bhoga. Selain itu juga, penjor merupakan simbol gunung, yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Hiasan-hiasan adalah merupakan bejenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku pipid, pakis aji dll. Untuk buah-buahan mempergunakan padi, jagung, kelapa, ketela, pisang termasuk pala bungkah, pala wija dan pala gantung, serta dilengkapi dengan jajan, tebu dan uang.

Oleh karena itu, membuat sebuah penjor sehubungan dengan pelaksanaan upacara memerlukan persyaratan tertentu dalam arti tidak asal membuat saja, namun seharusnya penjor tersebut sesuai dengan ketentuan Sastra Agama, sehingga tidak berkesan hiasan saja. Sesungguhnya unsur-unsur penjor tersebut adalah merupakan symbol-simbol suci, sebagai landasan peng-aplikasian ajaran Weda, sehingga mencerminkan adanya nilai-nilai etika Agama. Unsur-unsur pada penjor merupakan simbol-simbol sebagai berikut:
- Kain putih yang terdapat pada penjor sebagai simbol kekuatan Hyang Iswara.
- Bambu sebagai simbol dan kekuatan Hyang Brahma.
- Kelapa sebagai simbol kekuatan Hyang Rudra.
- Janur sebagai simbol kekuatan Hyang Mahadewa.
- Daun-daunan (plawa) sebagai simbol kekuatan Hyang Sangkara.
- Pala bungkah, pala gantung sebagai simbol kekuatan Hyang Wisnu.
- Tebu sebagai simbol kekuatan Hyang Sambu.
- Sanggah Ardha Candra sebaga: simbol kekuatan Hyang Siwa.
- Upakara sebagai simbol kekuatan Hyang Sadha Siwa dan Parama Siwa.

Didalam Lontar “Tutur Dewi Tapini, Lamp. 26”, menyebutkan sebagai berikut :
“Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha, Sang Hyang Iswara Maraga Martha Upaboga, Hyang Wisnu Meraga Sarwapala, Hyang Brahma Meraga Sarwa Sesanganan, Hyang Rudra Meraga Kelapa, Hyang Mahadewa Meraga Ruaning Gading, Hyang Sangkara Meraga Phalem, Hyang Sri Dewi Meraga Pari, Hyang Sambu Meraga Isepan, Hyang Mahesora Meraga Biting

29 September 2009

Danau Buyan


Danau Buyan adalah merupakan salah satu Danau yang ada di pulau Bali.
Alam didanau Buyan sangat indah dan sangat sejuk.
Panorama alam danau buyan menunjukkan betapa kuasanya Tuhan mencipta alam ini.
Jika sempat datang ke Buyan,luangkan sesaat waktu kita untuk merenung,
Betapa indah alam ini diberikan kepada kita,sudah sepantasnya
alam ini kita jaga kelestariannya.Jangan buat alam murka
dengan keseralahan kita sebagai manusia,percayalah...kekuatan alam
melebihi semuanya.Dan kita manusia tiada ada apa-apanya ...(lanjutkan)

24 August 2009

Puncak Gunung Batu Karu































Gunung Batu karu merupakan salah satu gunung yang ada di pulau Bali.
Gunung Batu Karu tepatnya berada di kabupaten Tabanan.
gunung ini mempunyai ketinggian 2200 m diatas permukaan laut.
Untuk mencapai puncak gunung kita bisa melewati jalur barat.
Yaitu melalui Desa Pujungan,Tabanan.
Didalam perjalan kita akan disuguhkan panorama alam yang sangat luar biasa.
Hutan yang masih hijau,udara yang amat segar dan sejuk,
Sangat jauh dari polusi dan bisingnya kota.
Waktu yang diperlukan untuk menempuh puncak gunung
kurang lebih 4-5 jam.
Suasana di puncak gunung lumayan dingin apalagi pada malam hari akan terasa
lebih dingin.Tapi semua itu akan terbayar dengan panorama alam yang sangat
indah dan luar biasa.
Tapi jika berada di atas gunung kita sangat tidak dibolehkan untuk berkata
yang tidak baik,apalagi bertingkah liar.Karena dipuncak gunung Batu Karu
terdapat tempat suci yang sangat keramat.Pura Luhur Puncak Kedaton.
Bagi umat hindu di pura tersebut sangat baik untuk sembahyang dan juga
untuk bermeditasi.

Tirta Yatra Ke Pura Alas Purwa















































Tirta Yatra ke Alas Purwa.

Pura Alas Purwa mungkin dikalangan umat Hindu sudah banyak yang tahu.
Pura ini merupakan salah satu pura umat Hindu yang ada di Jawa Timur.
Piodalan di pura tersebut jatuh pada hari raya Pagerwesi atau hari Rabu
Kliwon Uku Shinta.
Pura Alas Purwa ini terdapat di tengah-tengah hutan Blambangan bagian selatan.
Pada Piodalan beberapa waktu yang lalu,kami rombongan dari Pura Pesimpangan
Alas Purwa yang ada di Bali yaitu tepatnya berada di Desa Pangyangan,Negara
yang bernama Pura Kawitan Telaga Tunjung Sari,tangkil ke Alas Purwa dengan
mengiringi Dewa Ayu dan Jero Gede yang akan di solahkan di depan Situs Kawitan
Alas Purwa.Banyaknya rombongan kurang lebih berjumlah 100 orang,dan juga
Rombongan ngaturang ayah dengan mementaskan arja dari paguyuban Wisnu Swara.
Setelah arja baru Dewa Ayu dan juga Jero Gede mesolah tepat pada tengah malam,

(info E.mail : gusseka82@yahoo.com)

Gambar lain : Klik here

03 August 2009

Pagerwesi

Kata "pagerwesi" artinya pagar dari besi. Ini me-lambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.

Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.

Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula rerahinan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh."

Artinya:
Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca 0Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah.

Artinya:
Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).

Hakikat pelaksanaan upacara Pegerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga.

Tengah malam umat dianjurkan untuk melakukan meditasi (yoga dan samadhi). Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah "Sesayut Panca Lingga" sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci Praspenyeneng dan Banten Penek. Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan. Banten yang paling inti perayaan Pegerwesi bagi umat kebanyakan adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan. Tentunya dilengkapi Daksina, Canang dan Sodaan. Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.

Makna Filosofi

Sebagaimana telah disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.

Mengadakan yoga berarti Tuhan menciptakan diri-Nya sebagai guru. Barang siapa menyucikan dirinya akan dapat mencapai kekuatan yoga dari Hyang Pramesti Guru. Kekuatan itulah yang akan dipakai memagari diri. Pagar yang paling kuat untuk melindungi diri kita adalah ilmu yang berasal dari guru sejati pula. Guru yang sejati adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu inti dari perayaan Pagerwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. Memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji dan memusatkan diri. Ini berarti kita harus menyerahkan kebodohan kita pada Tuhan agar beliau sebagai guru sejati dapat megisi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati.

Pada hari raya Pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan "pager besi" untuk melindungi hidup kita di dunia ini. Di samping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama Dewata Nawa Sanga adalah untuk "ngawerdhiaken sarwa tumitah muang sarwa tumuwuh."

Ngawerdhiaken artinya mengembangkan. Tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan. Tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan.

Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlulah kita berguru agar ada keseimbangan.

Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran yaitu:

Krsi yang artinya pertanian (sarwa tumuwuh).
Goraksya, artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.

Wanijyam, artinya perdagangan. Berdagang adalah suatu pengabdian kepada produsen dan konsumen. Keuntungan yang benar, berdasarkan dharma apabila produsen dan konsumen diuntungkan. Kalau ada pihak yang dirugikan, itu berarti ada kecurangan. Keuntungan yang didapat dari kecurangan jelas tidak dikehendaki dharma.

Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumitah dan sarwa tumuwuh. Moral manusia akan ambruk apabila manusia dilanda kemiskinan baik miskin moral maupun miskin material. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan sebagai guru sejati. Berlindung dan berbakti adalah salah satu ciri manusia bermoral tanpa kesombongan.

Mengembangkan pertanian dan peternakan bertujuan untuk memagari manusia dari kemiskinan material. Karena itu tepatlah bila hari raya Pagerwesi dipandang sebagai hari untuk memerangi diri dengan kekuatan meterial. Kalau kedua hal itu (pertanian dan peternakan) kuat, maka adharma tidak dapat masuk menguasai manusia. Yang menarik untuk dipahami adalah Pagerwesi adalah hari raya yang lebih diperuntukkan para pendeta (sang purohita). Hal ini dapat dipahami, karena untuk menjangkau vibrasi yoga Sanghyang Pramesti Guru tidaklah mudah. Hanya orang tertentu yang dapat menjangkau vibrasi Sanghyang Pramesti Guru. Karena itu ditekankan pada pendeta dan beliaulah yang akan melanjutkan pada masyarakat umum. Dalam agama Hindu, purohita adalah adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat. Sang Purohita-lah yang lebih mampu menggerakkan atma dengan tapa brata.

Dalam Manawa Dharmasastra V, 109 disebutkan:

Atma dibersihkan dengan tapa bratabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) manah (pikiran) dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut satya.

Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pulalah guru sejati. Karena itu amat ditekankan pada Hari Raya Pagerwesi para pendeta agar ngarga, mapasang lingga.

Ngarga adalah suatu tempat untuk membuat tirtha bagi para pendeta. Sebelum membuat tirtha, terlebih dahulu pendeta menyucikan arga dengan air, dengan pengasepan sampai disucikan dengan mantra-mantra tertentu sehingga tirtha yang dihasilkan betul-betul amat suci. Pembuatan tirtha dalam upacara-upacara besar dilakukan dengan mapulang lingga. Tirtha suci itulah yang akan dibagikan kepada umat. Mengingat ngargha mapasang lingga dianjurkan oleh lontar Sundarigama pada hari Pagerwesi ini, berarti para pendeta harus melakukan hal yang amat utama untuk mencapai vibrasi spiritual payogan Sanghyang Pramesti Guru.

Sesayut Panca Lingga dengan inti ketipat Lingga adalah memohon lima manifestasi Siwa untuk memberikan benteng kekuatan (pager besi) dalam menghadapi hidup ini. Para pendetalah yang mempunyai kewajiban menghadirkan lebih intensif dalam masyarakat. Kemahakuasaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa dengan simbol Panca Lingga, Sesayut Pageh Urip bagi kebanyakan atau umat yang masih walaka. Kata "pageh" artinya "pagar" atau "teguh" sedangkan "urip" artinya "hidup". "Pageh urip" artinya hidup yang teguh atau hidup yang terlindungi. Kata "sesayut" berasal dari bahasa Jawa dari kata "ayu" artinya selamat atau sejahtera.

Natab Sesayut artinya mohon keselamatan atau kerahayuan. Banten Sesayut memakai alas sesayut yang bentuknya bundar dan maiseh dari daun kelapa. Bentuk ini melambangkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan haruslah secara bertahap dan beren-cana. Tidak bisa suatu kebaikan itu diwujudkan dengan cara yang ambisius. Demikianlah sepintas filosofi yang terkandung dalam lambang upacara Pagerwesi.

Di India, umat Hindu memiliki hari raya yang disebut Guru Purnima dan hari raya Walmiki Jayanti. Upacara Guru Purnima pada intinya adalah hari raya untuk memuja Resi Vyasa berkat jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi kitab suci Weda. Resi Vyasa pula yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana. Putra Bhagawan Parasara itu pula yang mendapatkan wahyu ten-tang Catur Purusartha yaitu empat tujuan hidup yang kemudian diuraikan dalam kitab Brahma Purana.

Berkat jasa-jasa Resi Vyasa itulah umat Hindu setiap tahun merayakan Guru Purnima dengan mengadakan persembahyangan atau istilah di India melakukan puja untuk keagungan Resi Vyasa dengan mementaskan berbagai episode tentang Resi Vyasa. Resi Vyasa diyakini sebagai adi guru loka yaitu gurunya alam semesta.

Sedangkan Walmiki Jayanti dirayakan setiap bulan Oktober pada hari Purnama. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja Resi Walmiki yang amat berjasa menyusun Ramayana sebanyak 24.000 sloka. Ke-24. 000 sloka Ramayana itu dikembangkan dari Tri Pada Mantra yaitu bagian inti dari Savitri Mantra yang lebih populer dengan Gayatri Mantra. Ke-24 suku kata suci dari Tri Pada Mantra itulah yang berhasil dikembangkan menjadi 24.000 sloka oleh Resi Walmiki berkat kesuciannya. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja sebagai adi guru loka yaitu maha gurunya alam semesta.

Sampai saat ini Mahabharata dan Ramayana yang disebut itihasa adalah merupakan pagar besi dari manusia untuk melindungi dirinya dari serangan hawa nafsu jahat.

Jika kita boleh mengambil kesimpulan, kiranya Hari Raya Pagerwesi di Indonesia dengan Hari Raya Guru Purnima dan Walmiki Jayanti memiliki semangat yang searah untuk memuja Tuhan dan resi sebagai guru yang menuntun manusia menuju hidup yang kuat dan suci. Nilai hakiki dari perayaan Guru Purnima dan Walmiki Jayanti dengan Pegerwesi dapat dipadukan. Namun bagaimana cara perayaannya, tentu lebih tepat disesuaikan dengan budaya atau tradisi masing-masing tempat. Yang penting adalah adanya pemadatan nilai atau penambahan makna dari memuja Sanghyang Pramesti Guru ditambah dengan memperdalam pemahaman akan jasa-jasa para resi, seperti Resi Vyasa, Resi Walmiki dan resi-resi yang sangat berjasa bagi umat Hindu di Indonesia.

Dadong...





















Dadong.(nenek di Bali )alias nenek.yang hampir sudah berumur mendekati 100 tahun masih kuat,dan masih
manis senyumnya.

09 July 2009

Pura Segara Rupek










Pemandangan alam di Areal Pura Segara Rupek sangatlah menawan.
Keliatan pulau Jawa dan pantai.Panorama alam yang begitu indah.









Diareal Pura Alas Angker.suasananya terasa sangat megis.
Pura Alas Angker terletak di timur Pura Penataran Segara Rupek.yang berjarak kurang lebih 150 m.



Didepan Pura Kanjeng Ratu Kidul.
Pura Tirta Segara Rupek terletak di bagian barat pulau Bali.diarel alas Cekit.
dekat Gilimanuk.

Renungan


ketika nilai luhur budaya telah pudar......
ketika akal manusia terkontaminasi...
ketika hayalan telah sirna.....
maka bumi terasa hampa dari nilai-nilai luhur budaya bangsa......
anak tidak lagi ingat pada orang tua...
saudara telah melupakan adik kakaknya....
yang kaya menjadi raja segala raja.....
yang miskin menjadi pelabuhan kemarahan dan emosi....
sopan dan santun seolah bukan kewajiban bagi mereka yang berlencana kebijaksanaan...
pertanda apakah ini.......
inikah yang disebut yuganya kali ?....
ataukah karena proses evolusi tabiat..... bagi semua mahluk ciptaan-Nya....
Selamatkanlah kami ya Tuhan......
Selamatkan kami dari keriuhan dan kegelapan ini....
nyalakanlah lentera-Mu, hingga kami temukan dian yang menuntun kami ke arah-Mu...
Ya Tuhan, Engkaulah kehendak dari semua kehendak.....
hendaknyalah Engkau menuang setetes air surgawi.... bagi kami yang sarat akan pengetahuan-Mu...
Ya Tuhan..... Engkau adalah pemaaf dari segala kesalahan....
Maafkanlah kiranya kami... yang tak pernah jauh dari garis kekeliruan-Mu...
Engkau yang mencipta.. Engkau pulalah yang kami harapkan untuk meleburnya....
hingga kami bisa bersama-Mu....
Suka tanpa wali dukita

28 June 2009

Kembali Ke Alam


Banyaknya tragedi kemanusiaan di negeri ini.
Banyaknya bencana alam yang terjadi di nusantara ini.
Dan masih banyak kejadian-kejadian yang mungkin sangat
tidak mungkin masuk diakal
telah terjadi di Indonesia yang kita cintai ini.
Pernahkah terlintas di dalam pikiran kita apa yang
membuat semua ini bisa terjadi.
Dengan penuh keangkuhan,kesombongan,iri,dengki,bahkan kemunafikan
kita mungkin telah melupakan akan anugrah alam yang maha luar biasa.
Mungkin kita tidak ingat lagi akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan kepintaran manusia dijaman sekarang ini,dengan kekuasaan manusia
saat ini,dan dengan berlimpah materi dengan mudahnya kita melakukan
tindakan semaunya.Tanpa ingat lagi akan kebenaran,tanpa ingat lagi
akan kuasa Tuhan.
Hari-hari kita telah disibukan dengan mengejar hawa nafsu,
entah siang atau malam kita mungkin telah larut dalam kemunafikan.
Dengan kesibukan itu mungkin kita telah lupa akan kekuatan alam.
Pernahkah kita meluangkan sedikit waktu untuk merenungi apa
yang telah kita lakukan pada diri kita sendiri,apa yang telah kita lakukan pada sesama,
dan apa yang telah pernah kita lakukan pada alam ini...?
Atau mungkin kita telah lupa akan sedikit saja arti dari nilai-nilai Pancasila.
Satu saja.Didalam Pancasila butir pertama telah disebutkan.Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pernahkah kita meluangkan waktu sedikit saja untuk menghayati makna
dari sepenggal kata tersebut...?
Ibarat hari telah senja,Sudah saatnya kita harus kembali,.
kembali kepada diri kita masing-masing,sudah saatnya juga kita mesti mandi dan gosok gigi.
mandi,bersihkan diri dari keangkuhan,kesombongan,iri dengki,
Gosok gigi,bersihkan mulut dari kemunafikan,agar kita dapat berkata jujur.
Lalu sujudkan diri kita pada yang maha kuasa.Kembalikan semuanya kepada
kekuatan alam.Dan jangan pernah lupa,semua kuasa dimiliki oleh alam.
Jika kita mencintai alam,mencintai sesama,mencintai diri kita,
betapa indahnya hidup ini.Alam ini
Tuhan Yang Maha Esa.

23 June 2009

Pura Luhur Sri Jong




Pura Luhur Sri Jong yaitu salah satu Pura yang memiliki keUnikan
dan sangat disakralkan.Pura Luhur Sri Jong terletak persis di bibir
garis pantai laut selatan Bali.Yaitu tepatnya di desa Soko.Selemadeg Barat.
Jalan jalur Denpasar-Gilimanuk.
Pujawali di Pura ini jatuh pada setiap 6 bulan sekali.Tepatnya
Budha Manis Prangbakat.Didalam Pujawali ini Ida Bhatara nyejer sampai
3 hari,yaitu nyinebnya pada hari Minggu.
Di kawasan Pura Luhur Sri Jong ini terdapat pula beberapa pura lainnya.
Yaitu Pura Beji.Pura Beji ini terletak di bawah Pura Luhur.
Di bawah tebing Batu karang yang juga di samping kirinya terdapat
pula goa yang di huni oleh jutaan kelelawar.
Ada juga Pura Mas Melanting,Pura Kebo Iwo.Adanya Pura Kebo Iwo ini
karena Kebo Iwo sangat erat hubungannya dengan Pura Sri Jong Ini.
Dan Pura Luhur Sri Jong sendiri.

English :
Sri Jong tample that is one of the Tample owning unique
and occolt.This Temple located Sri Jong right accross lip
coastline go out to sea south of Bali.that is precisely in
countryside of Soko.Selemadeg West.
Road Street Band of Denpasar-Gilimanuk.
Pujawali in this Tample fall in each its 6 months
Sweet Budha Manis Prangbakat.In the Pujawali of Ida Bhatara
nyejer until
3 of day,that is its his on Sunday.
Tample Gate area of this Sri Jong there are also some other gate.
That Is Tample of Beji.Tample this Beji located in under August Gate.
Below/Under Reef bank which also left beside him there are
also cave which in dwelling by millions of bat.
There is also Gate of Mas Its Melanting,Tample Kebo Iwo Gate
of Kebo Iwo
because Kebo Iwo very hand in glove its relation/link
with Gate of Sri This Junk.
And August Gate of Sri Jong alone.

Contac info : gusseka82@yahoo.com
sms : +62813 3854 1173

Renungan

Yang disebut Dharma,adalah merupakan jalan untuk mencapai surga,
sebagai halnya perahu,merupakan alat untuk mengarungi samudra.


"Wahai orang-orang yang berpikir mulia,janganlah tersesat,
Tekunlah dan dengan tekad yang keras untuk mencapai tujuan yang tinggi.
Bekerjalah dengan tekun untuk memperoleh kekayaan.
Orang yang bersemangat berhasil dalam hidup berbahagia dan menikmati kemakmuran,
Para Dewa tidak pernah menolong orang yang malas."

"Jangan biarkan waktu berlalu tanpa guna,berilah kesempatan agar benar-benar
mendatangkan faedah waktu itu,Barang kali waktu itu dapat diisi dengan
perbuatan Dharma,artha,dan kama,sebab tak urung akan berakhir hidup ini,
oleh karenanya pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya.Jangan menunda dan membuang-buang waktu."

"Kepada dia yang mengetahui Tuhan Maha Tunggal,tidak ada duanya,tiganya,empatnya,
Ia mengatur semua segala yang bernafasdan yang tidak bernafas,Ia memiliki kekuatan yang sangat ampuh,
Ia yang Tunggal,Yang Maha Esa,Didalamnya semua Dewata manunggal."

"Tidak punya hidung dapat mencium,tidak punya mata dapat melihat,
tidak punya tangan dapat mengambil,Tidak berujud,tidak ada dia ada,
Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa "

"Sad Ripu sangat kuat mempengaruhi pikiran manusia,Sad Ripu akan mempengaruhi manusia
menuju keinginan kepuasan tanpa kendali,memenuhi kepuasan diri,menyebabkan prilaku menyimpang
dari ajaran agama dan kesusilaan,Pikiran gelap karena Sad Ripu dapat menhancurkan hidup orang lain
dan manusia itu sendiri.Karena Sad Ripu merupakan penyakit yang bersemayan dalam diri manusia,
karena itu tak seorangpun yang dapat mengendalikannya kecuali diri kita sendiri.
Dengan cara ditopang dengan pencerahan jiwa dan kesucian hati".

"Lhoba ( Rakus ) cendrung menimbulkan sikap yang tidak mau mengalah,kukuh dan egois.
Tidak mengenal takut,tidak mengenal aturan,dan dalam segala tindakannya selalu pamrih
dan cepat tersinggung".

Pura Luhur Danu Batur




Batur
Gunung Batur merupakan gunung yang terletak di Kabupaten Bangli.
Pesona dan alam danau,gunung Batur merupakan pesona yang teramat indah
yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Di Batur terdapat pula Pura yang besar yaitu Pura Luhur Danu Batur.
( Panorama Bali : e.mail: gusseka82@yahoo.com.call : 081 338 541173 )

Pura Besakih




Pura Agung Besakih
Pura Besakih merupakan pura yang terbesar di Bali.
Pura tersebut terletak persis disebelah selatan kaki gunung Agung yang
berada di kabupaten Karangasem.Jarak tempuh untuk mencapai Pura
Besakih ini kurang lebih 2 jam dari Denpasar.
Pura Besakih merupakan pusatnya Pura di Bali.
Dalam beberapa bulan lalu di Pura ini dilaksanakan upacara Panca Bali Krama.
Yang dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Hampir dari semua pelosok Bali para umat Hindu tangkil dan ngaturang ayah ke Pura Besakih.
Bahkan banyak juga Penangkilan dari luar Pulau Bali.
Panorama alam Besakih juga sangat indah,sangat mempesona.
( Panorama Bali : e.mail: gusseka82@yahoo.com.call : 081 338 541173 )

14 June 2009

Leak Bali







Leak,dalam budaya Bali merupakan sebuah nama yang disakralkan,
karena percaya atau tidak Leak memiliki kekuatan megis yang amat
kuat.Semua masyarakat Bali percaya bahwa Leak itu memang ada.
Masyarakat Bali juga percaya,Leak tidak akan menggangu manusia
jika mereka tidak diganggu pula.Semuanya telah memiliki alam tersendiri.
Memiliki kehidupan tersendiri pula.Dalam budaya Bali
Leak merupakan rencang-rencang ( anak buah ) dari Betari Pura Dalem.
Leak dalam kepercayaan Umat Hindu dapat menjaga keseimbangan alam.
Didalam bahasa kasarnya,Orang meleak pada umumnya merupakan
manusia yang dapat merubah wujud sesuai dengan yang diinginkan dan
sesuai pula dengan tingkatan ilmu mereka.
Percaya atau tidak,leak itu pasti ada disekeliling kita.
Mereka akan menantau ulah manusia,karena
itu kita semestinya selalu bertingkah laku sesuai dengan ajaran Darma.
Mereka juga berhak memperingati atau menyakiti manusia,jika manusia
itu sendiri punya salah.Agar manusia ingat dan sadar,kembali ke ajaran Darma.
Leak,dapat lebih baik dari yang paling baik,
tapi dapat pula menjadi ganas dan buas dari ganas yang ada.
Maka,jangan ganggu mereka.apa lagi menantangnya.
Kekuatan manusia tidak ada apanya dibanding kekuatan alam.

09 June 2009

Pura Pulaki



Pura Pulaki yang terletak di sebelah barat Pulau Bali.
Seperti semua pura yang ada di Bali,Pura Pulaki juga memiliki keunikan yang
luar biasa.Diareal pura terdapat banyak monyet yang dilestarikan,terkadang
monyet tersebut sangat nakal,Tapi jangan takut ada penjaga khusus untuk
menjaga para monyet agar tidak mengganggu para penangkilan.
Pura pulaki yang terletak ti pingir pantai Pulaki,yang dibelakangnya
dihiasi dengan tebing-tebing batu karang yang sangat terjal.

Awan Baru yang Indah


Para ilmuwan dari Royal Meterological Society (RMS)menemukan jenis awan yang unik. Awan ini kemudian diklaim menjadi variasi awan baru yang teridentifikasi dalam abad ini.

RMS kini tengah berupaya menyelidiki lebih jauh tentang awan yang diberi nama Asperatus ini. Mereka tengah mengupayakan agar Asperatus bisa secara resmi masuk ke dalam daftar istilah internasional yang bisa digunakan dalam pengidentifikasian awan. Jika berhasil, ini adalah pertamakalinya variasi awan diklasifikasikan sejak 1953, demikian keterangan yang dikutip dari BBC, Rabu (3/6/2009).

Jenis awan baru ini berbentuk awan gelap yang bergulung-gulung di angkasa dan sudah sering ditemukan di berbagai lokasi di seluruh dunia.

“Jika dilihat dari bawah, awan ini sedikit terlihat seperti riak-riak ombak kecil yang terputus-putus,” kata Gavin Pretor-Pinney, pendiri Cloud Appreciation Society, sekaligus penemu Asperatus.

“Kami mencoba mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap foto awan yang kami temukan. Ketika melihat Asperatus, kami melihat ada ciri-ciri khusus yang belum pernah kami temukan dalam kategori awan sebelumnya. Oleh karenanya pada saat itu saya mulai berpikir bahwa kemungkinan besar ini adalah jenis awan baru,” terang Gavin.

Lebih lanjut Gavin menjelaskan, diberi nama Asperatus karena permukaan bawah Asperatus terlihat kasar dan berombak. Asperatus berasal dari bahasa latin yang artinya kasar.

“Asperatus nampak terlihat dalam kumpulan badai angin yang besar. Namun beberapa laporan menyebutkan bahwa awan ini cenderung terpecah tanpa membentuk badai terlebih dahulu,” kata Gavin.

RMS kini tengah mengumpulkan informasi lebih rinci mengenai data cuaca dan lokasi Asperatus ditemukan untuk memahami olebih tepat apa yang menyebabkan terbentuknya awan Asperatus.

Dalam ilmu telaah awan, terdapat sepuluh bentuk dasar awan yang diklasifikasikan dalam istilah genus. Setiap genus menggambarkan dimana awan-awan tersebut terbentuk, intensitas kemunculan mereka, termasuk klasifikasi mengenai awan stratus, cumulus dan cirrus.

Genre ini kemudian dibagi kedalam dua spesies awan yang menggambarkan struktur internal dan bentuk dan variasi awan yang menggambarkan transparansi dan penyusunan awan.

01 June 2009

Bisnis tambahan


Bisnis seperti inikah yang anda impikan ?

Apa yang anda lakukan jika rekening anda juga seperti rekening saya diatas setiap hari ?

Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk menghasilkan Rp. 800.000 ? Disini saya hanya butuh waktu 1 hari saja... ( Klik disini )

Bahkan bukti diatas saya ambil dari SALAH SATU rekening saya saja. Tapi pertanyaan diatas saya rasa kurang penting, yang paling penting adalah " Bagaimana cara paling mudah agar rekening anda juga kebanjiran uang ? "

Ya, saya bisa menghasilkan puluhan juta perbulan hanya dengan modal Rp 100.000 saja.
Apa salahnya mencoba....Mau....? ( klik here )

25 May 2009

Pulaki


Sulit ditampik, lingkungan Pura Pulaki adalah sebuah kawasan suci yang bisa disebut sangat sempurna. Selain memiliki pemandangan alam menakjubkan, aura religius dan kesucian yang berpendar di kawasan pura dan sekitarnya akan terasa jelas, seakan masuk di sela pori-pori kulit. Sebagian umat yang sempat sembahyang ke pura itu bahkan kerap mengaku bulu tipis di lehernya sesekali akan tegak. Mungkin karena takjub yang berlebihan pada keindahan alamnya atau amat terkesan pada aura religius yang dirasakannya.

PURA Pulaki berdiri di atas tebing berbatu yang langsung menghadap ke laut. Di latar belakangnya terbentang bukit terjal yang berbatu yang hanya sekali-sekali saja tampak hijau saat musim hujan. Pura ini tampak berwibawa, teguh dan agung, justru karena berdiri di tempat yang teramat sulit. Apalagi pemandangan yang ditampilkan begitu menawan. Jika berdiri di dalam pura lalu memandang ke depan, bukan hanya laut yang bakal tampak namun juga segugus bukit kecil di sebelah baratnya yang berbentuk tanjung. Kera-kera yang hidup di sekitar pura ini, meski terkesan galak, juga menciptakan daya tarik tersendiri.

Pura Pulaki terletak di Desa Banyupoh Kecamatan Gerokgak, Buleleng, sekitar 53 kilometer di sebelah barat kota Singaraja. Pura ini terletak di pinggir jalan raya jurusan Singaraja-Gilimanuk, sehingga umat Hindu akan selalu singgah untuk bersembahyang jika kebetulan lewat dari Gilimanuk ke Singaraja atau sebaliknya. Namun jika ingin bersembahyang secara beramai-ramai, umat bisa datang saat digelar rangkaian piodalan yang dimulai pada Purnama Sasih Kapat. Sejarah Pura Pulaki memang tak bisa dijelaskan secara tepat. Namun, dari berbagai potongan data yang tertinggal, sejarah pura itu setidaknya bisa dirunut dari zaman prasejarah.

Ketua Kelompok Pengkajian Budaya Bali Utara Drs. I Gusti Ketut Simba mengatakan, jika mengacu pada sistem kepercayaan yang umum berlaku di Nusantara — sejak zaman prasejarah gunung senantiasa dianggap tempat suci dan dijadikan stana para dewa dan tempat suci para roh nenek moyang — maka diperkirakan Pura Pulaki sudah berdiri sejak zaman prasejarah. Hal ini merunut pada konsep pemujaan Dewa Gunung, yang merupakan satu ciri masyarakat prasejarah. Sebagai sarana tempat pemujaan biasanya dibuat tempat pemujaan berundak-undak. Semakin tinggi undakannya, maka nilai kesuciannya semakin tinggi. “Seperti Pura-pura di deretan pegunungan dari barat ke timur di Pulau Bali ini,” kata Simba.

Di kawasan Pura Pulaki, di sekitar Pura Melanting, sekitar 1987 ditemukan beberapa alat perkakas yang dibuat dari batu, antara lain berbentuk batu picisan, berbentuk kapak dan alat-alat lain. Berdasar hal itu, dan dilihat dari tata letak dan struktur pura, maka dapat diduga latar belakang pendirian Pura Pulaki awalnya berkaitan dengan sarana pemujaan masyarakat prasejarah yang berbentuk bangunan berundak.

Di sisi lain, dilihat dari letak Pura Pulaki yang terletak di Teluk Pulaki dan memiliki banyak sumber mata air tawar, maka kawasan ini diduga sudah didatangi manusia sejak berabad-abad lalu. Kawasan Pulaki menjadi cukup ramai dikunjungi oleh perahu dagang yang memerlukan air sebagai bahan yang sangat diperlukan dalam pelayaran menuju ke Jawa maupun ke Maluku. Bahkan, kemungkinannya pada waktu itu sudah ada berlaku perdagangan dalam bentuk barter. Barang yang kemungkinan dihasilkan dari kawasan Pulaki adalah gula dari nira lontar. Ini didasarkan hingga kini masih ditemukan tanaman lontar di sepanjang pantai dari Gilimanuk ke timur, termasuk Pulaki.

Dari uraian itu, kata Simba, dapat diduga Pulaki sudah ada sejak zaman prasejarah, baik berhubungan dengan tempat suci, maupun sebagai tempat aktivitas lainnya. Hal ini berlanjut hingga peristiwa penyerangan Bali oleh Majapahit tahun 1343 Masehi. Dalam buku ekspedisi Gajah Mada ke Bali yang disusun Ketut Ginarsa tertulis bahwa pasukan Gajah Mada turun di Jembrana lalu berbaris menuju desa-desa pedalaman, seperti Pegametan, Pulaki dan Wangaya.

Menurut Simba, Pulaki juga pernah dijadikan pusat pengembangan agama Hindu sekte Waisnawa sekitar 1380 Masehi seperti tertera dalam buku ”Bhuwana Tatwa Maharesi Markandeya” susunan Ketut Ginarsa. Data lain yang menyebut tentang Pulaki terdapat juga dalam buku ”Dwijendra Tatwa” karangan Gusti Bagus Sugriwa. Di situ ada tertulis, “Baiklah adikku, diam di sini saja, bersama-sama dengan putri kita Ni Swabawa. Ia sudah suci menjadi Batara Dalem Melanting dan adinda boleh menjadi Batara Dalem Ketut yang akan dijunjung dan disembah orang-orang di sini yang akan kanda pralinakan agar tak kelihatan oleh manusia biasa. Semua menjadi orang halus. Daerah desa ini kemudian bernama Pulaki.”

Data lain tentang Pulaki adalah ditemukannya potongan candi yang bentuknya seperti candi yang ada di Kerajaan Kediri. Ditemukan di Pura Belatungan tahun 1987. Dari data itu, maka kesimpulannya keberadaan Pura Pulaki sebagai suatu tempat suci sudah ada sejak zaman prasejarah dan menghilang setelah kehadiran Dang Hyang Nirarta dengan peristiwa dipralinakannya Pura Pulaki sekitar 1489 Masehi. Keberadaan Pura Pulaki tanpa penghuni secara sekala berlangsung cukup lama. Pura Pulaki menghilang dari penglihatan sekala dan daerah ini praktis kosong sejak 1489 sampai sekitar tahun 1920 atau selama sekitar 431 tahun. Namun sebelum itu, dari kurun waktu zaman prasejarah sampai dengan kehadiran Ida Batara Dang Hyang Nirarta tahun 1489, Pura Pulaki masih tetap sebagai tempat pemujaan, baik yang dilaksanakan orang prasejarah, orang Baliaga dengan Sekte Waisnawa yang dikembangkan Rsi Markandeya dan orang pengikut Tri Sakti dengan simbol tiga kuntum bunga teratai yang berwarna merah, hitam dan putih yang dipetik Dang Hyang Nirarta dari kolam yang diperoleh dalam perut naga di Pulaki.

Tirta Empul


Ada sebuah tradisi di Bali yang sampai saat ini masih bertahan dan kerap dilakukan oleh hampir sebagian besar umat Hindu di daerah pariwisata ini. Melakukan pembersihan diri dengan ritual tertentu yang kalau di Bali lebih dikenal dengan istilah melukat.

Sarana utama ritual melukat ini adalah air. Nah, air inipun bukan sembarang air. Melukat bisa dilakukan di air sungai, danau, laut, sumber air alami/kelebutan,bulakan, dan lain-lainnya. Tujuan utama ritual ini adalah menghilangkan leteh atau kotoran lahir maupun bathin. Dalam tradisi masyarakat Kejawen dikenal dengan istilah ruwatan air.

Kenapa Pakai Air?

Seperti kita ketahui bersama, air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Sampai kapanpun, air akan menjadi sumber hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Dalam hal ritual melukat, keberadaan air adalah sebuah KEHARUSAN! Melukat tanpa air sama aja bohong. Namun lain cerita kalau melukat itu dilakukan dengan kekuatan bathin. Dalam arti melakukan pengelukatan/pembersihan dengan kekuatan niskala, dengan catatan, diperlukan tingkat jnana yang tinggi.

Tempat Melukat di Bali

1. Pura Tirtha Empul

Pulau Dewata Bali, dikenal sebagai gudangnya tempat ritual melukat, sebut saja yang paling terkenal, adalah Pura Tirtha Empul Tampaksiring, Gianyar.Di pura yang bersebelahan dengan Istana Presiden ini, terdapat beberapa pancuran yang mana setiap pancuran memiliki fungsi masing-masing. Contoh misalnya, pancuran Pengeleburan Ipian Ala, berfungsi sebagai pancuran untuk melebur efek mimpi buruk, dan lain sebagainya. Pura Tirtha Empul letaknya di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring Gianyar Bali.Kalau dari Denpasar sekitar 40km.Dan belakangan ini, pura yang memiliki legenda Mayadenawa ini, didatangi bukan hanya oleh umat Hindu, juga oleh umat lain yang ingin melakukan ritual pembersihan/melukat. Pengelukatan sangat baik dilakukan pada hari Purnama(bulan purnama) atau Tilem (Bulan mati), dsamping juga hari-hari suci Hindu-Bali seperti Kajeng Kliwon, Tumpek dan lainnya. Kenapa hari-hari tertentu?Karena diyakini pada hari-hari tersebut sebagai hari suci, sakral dan kekuatan alam semesta terakumulasi dan bisa diserap oleh manusia. Sarana apa saja yang perlu disiapkan? Bagi yang pertama kali pedek tangkil kesana, diwajibkan untuk membawa Daksina Pejati/Peras Daksina jangkep, sebagai bahan permakluman kepada kekuatan niskala yang bersemayam disana. Sedangkan bagi yang sudah sering diperbolehkan untuk membawa canang sari, atau sodaan.Sebelum ritual melukat pastikan bahwa diri anda tidak dalam keadaan "sebel" social ataupun personal bagi yang yang wanita. Dan pada saat ritual mulai para peziarah melukat ini wajib hukumnya mengenakan pakaian/kain begitu masuk ke dalam kolam pancuran. Niat yang tulus, hati yang ikhlas, segarnya air pancuran tirtha Empul, menjadi jaminan bagi anda akan "terlahir kembali"dengan jiwa dan semangat baru. So, kalau anda tertarik melukat di Pura ini, silakan datang langsung.

19 May 2009

Kecantikan hanya sedalam Kulit


Tubuh manusia tidak lebih dari ujung rambut sampe ujung kaki ,yang terdiri dari : Dibadan ada rambut,kuku,gigi,kulit,tulang,gumpalan daging,isi perut dan lainnya.Demikian unsur yang ada dalam tubuh manusia.Badan hanya tumpukan kotoran belaka,kecantikan hanya sedalam kulit,Manusia akan selalu dihadapkan pada tiga hokum alam yaitu : lahir,hidup,mati,Kita hidup,mencintai,bergembira,namun nyatanya dalam kehidupan ini begitu gelap oleh bayangan kematian,terbelenggu oleh sifat2 ketidakpuasan,keserakahan manusia.
Bagai bunga mawar yang dipandang
Atau lebatnya daun2 dipohon
Atau mekarnya bungan dimusimnya,
Atau fajar yang menyingsing setiap hari,
Atau bagai matahari,atau pelangi,
Demikianlah manusia terbelenggu,
Terjerat,tercekit semakin erat,
Bunga mawar layu,daun2 berguguran,
Matahari terbenam,pelangi menghilang,
Dan manusia pun………Mati”
Demikian manusia yang hidup dengan nafas,
Ada disana ada disini,ada hidup ada mati,
Dan akan selalu menimbun cerita lama,
Cerita yang penuh derita ,
Hidup hanya hari ini,
Dan keesokan paginya pun mati,
Cerita yang teramat singkat,
Dalam perjalanan menuju kematian,
Buahpun kini telah membusuk,
Yang basah telah mongering,Salju mencair,
Demikian juga yang lain….”

06 May 2009

Kasta Di Bali


Dalam kasta di Bali terdapat 4 golongan :

1. Kaum Brahmana, para pandita dan rohaniawan.
2. Kaum Ksatria, para anggota lembaga pemerintahan.
3. Kaum Waisya, para pedagang, petani, tukang dan sebagainya.
4. Kaum Sudra, golongan pekerja kasar, rakyat jelata

Lalu ada pula golongan paria, yang tidak termasuk kasta manapun jua. Seperti juga kaum candala, hasil perkawinan antar-warna.

Brahmana adalah golongan paderi atau sami dalam agama Hindu. Mereka menguasai ajaran serta adat keagamaan. Kaum Brahmana tidak memakan benda berdarah.
Kesatria atau ksatria, diambil dari bahasa Sansekerta.

Secara harafiah, artinya ini adalah anggota kasta kedua dalam sistem caturwarna agama Hindu, tetapi zaman sekarang arti ini adalah seorang pendekar pula, atau seorang bangsawan secara umum.

Waisya adalah kasta ketiga dalam tata masyarakat Hindu, golongan pedagang - petani - tukang.
Sudra (Sansekerta: sudra) adalah sebuah kasta atau warna dalam agama Hindu di India.

Kasta ini merupakan kasta yang paling rendah. Kasta lainnya adalah brahmana, ksatria, dan waisya.

Yang saya ketahui mengenai kasta adalah orang yang bergolongan tinggi tidak dapt menikah dengan orang yang bergolongan rendah atau juga yang disebut dengan sudra. Jika orang yang bergolongan tinggi atau biasanya yang berisi title “Anak Agung”,”Ide Bagus”,”Cokorda” atau “Gusti” tidak dapat menikah dengan golongan sudra. Terkecuali orang yang berkasta tinggi adalah laki - laki, jika orang yang berkasta tinggi adalah laki - laki ia dapat menikah dengan golongan yang lebih rendah karena orang yang akan dinikahinya akan terangkat status sosialnya. Dan kebalikannya jika yang berkasta tinggi adalah perempuan.

14 April 2009

Luhur Danu Batur Tample



Mount Batur is a mountain located in the Bangli Regency.
Charm and natural lakes, mountain Batur is a very beautiful charm
which is the gift of God.
In Pura Batur there are also large, namely Luhur Pura Danu Batur.


( Indonesia )
Gunung Batur merupakan gunung yang terletak di Kabupaten Bangli.
Pesona dan alam danau,gunung Batur merupakan pesona yang teramat indah
yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Di Batur terdapat pula Pura yang besar yaitu Pura Luhur Danu Batur.
( Panorama Bali : e.mail: gusseka82@yahoo.com.call : 081 338 541173 )

New Cell